Bitti Dan Pinisi

Kayu Bitti tidak terlepas dari budaya orang Bugis Makassar yang terkenal karena budaya maritimnya. Bitti adalah bahan utama pembuatan perahu Pinisi. Sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17 ribu pulau, penggunaan perahu yang berbahan kayu merupakan budaya turun temurun. Itulah sebabnya maka penebangan kayu Bitti sangat intensif sehingga populasinya makin lama makin berkurang.

Upaya pelestarian lingkungan di Pandala memilih pohon kayu Bitti sebagai tegakan utama dimaksudkan juga untuk melestarikan keberadaan pohon kayu Bitti untuk menunjang budaya pembuatan perahu. Melestarikan kayu Bitti berarti melestarikan warisan budaya bangsa, memelihara kesinambungan mata pencaharian pengrajin perahu dan pelaut Bugis Makassar, dan yang pada muaranya menunjang perekonomian rakyat.

Pohon kayu Bitti tahan terhadap musim kemarau. Meskipun daunnya berguguran dimusim kemarau, namun tidak mati. Meskipun pohonnya terpaksa gundul, terutama yang ditanam didaerah gersang, kalau datang hujan, daunnya akan rimbun kembali. Daun2nya yang jatuh berguna untuk menjadi kompos dan melindungi penguapan air tanah sehingga membantu penyuburan tanah. Kelak setelah tidak gersang lagi, pohon Bitti tidak akan gundul lagi dimusim kemarau panjang. Sebagaimana kehijauan Bitti didaerah yang tidak gersang.

HUTAN PERAHU

 

Selamatkan cadangan air tanah dengan lahan hijau

Tahukah kalian salah satu penyebab kekeringan dimusim kemarau dan banjir dimusim penghujan karena kurangnya pohon. pohon mempunyai fungsi vital bagi keberlangsungan lingkungan hidup. selain itu pohon juga menempati posisi puncak dalam rantai makanan.

selain kekeringan dan banjir, ketiadaan pohon juga akan memicu semakin rendahnya kualitas udara dan yang paling mengerikan adalah terjadinya global warming. akar tanaman/pohon akan meyerap air pada musim hujan dan menyimpannya sebagai air tanah. cadangan air tanah tersebutlah yang akan digunakan ketika musim kemarau tiba.

di sulawesi, salah satu jenis pohon yang masih menjadi primadona sampai sekarang adalah pohon bitti. selain karena ketahanannya yang cukup kuat terhadap kemarau, pohon bitti juga erat kaitannya dengan budaya suku bugis makassar. batang pohon bitti terkenal kuat dan menjadi bahan utama dalam pembuatan perahi phinisi.

pada musim kemarau, kita akan sedikit tertipu dengan pohon bitti ini karena seolah-olah mati. namun pada kenyataannya pohon bitti menggugurkan semua daunnya untuk mengurangi penguapan dan untuk menghemat cadangan air.

daun-daun bitti yang gugur akan mengalami pelapukan dan dengannya dapat menjadi nutrisi bagi tanah. selain itu akar pohon bitti cukup kuat dalam menahan air di bawah tanah. sehingga dengan itu dapat menjadi tabungan air pada musim kemarau.

Bitti memiliki nilai histori yang sangat tinggi terutama bagi masyarakat sulawesi selatan. salah satu ikon sul-sel yang terkenal dan sudah sangat mendunia yaitu perahu phinisi. dalam praktek dilapangan sebenarnya bahan baku perahu phinisi bukan hanya kayu bitti saja. jenis-jenis kayu lain yang kemudian digunakan yakni kayu besi dan kayu gofasa. kayu bitti biasanya digunakan untuk membuat rangka lambung kapal karena cenderung bengkok dan melengkung.

selain karena kualitasnya yang bagus kayu jenis ini disukai oleh pengrajin karena memiliki ketahanan terhadap serangan cacing laut. selain itu kayu bitti memiliki lengkung yang alami. untuk membuat lambung kapal, kayu tidak boleh lurus atau disambung, harus melengkung alami dan itu hanya ada pada bitti.

penanaman bibit pohon bitti sedang gencar dilakukan oleh LPTM. hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam melestarikan lingkungan agar kualitas air, tanah, dan udara dapat meningkat. selain itu, hal ini juga menjadi langkah yang baik dalam menjaga ketersediaan bitti yang saat ini sudah mulai berkurang jumlahnya.

penyebaran pohon bitti tidak hanya ada di sulawesi, tapi juga ada di papua dan maluku. namun menurut pengrajin kayu bitti kualitas terbaik ada di hutan adat kajang. Kenapa kualitas sangat bagus, karena disebarkan burung lewat kotoran di hutan adat Kajang.

One thought on “Bitti Dan Pinisi

Leave a comment